MAKALAH
TENTANG
KOMUNIKASI EFEKTIF
Di Susun Oleh Kelompok III :
1.
Insanul Akmal
2.
Honi Riska Purnama
3.
Hilwan Ardani
4.
Iska Ramdani
5.
L. Zul Apriadi
SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN (STIKes)
QAMARUL HUDA
BAGU~PRINGGARATA~LOTENG
2016
KATA PENGANTAR
السلا م علئكم ورحمة اللة
وبر كا تة
Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Tugas Ilmu Prilaku dan
Profesi Farmasi tentang “Komunikasi Efektif” terselesaikan dengan lancar.
Tugas ini disusun sebagai tugas pembelajaran dengan tujuan yang lebih
khusus untuk menambah pengetahuan tentang “Komunikasi Efektif”
dan lebih mengenal pentingnya bagi kehidupan kita.
Harapan saya semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi saya sendiri
dan pembaca. Saya telah berusaha sebisa
mungkin untuk menyelesaikan tugas ini namun masih jauh dari sempurna dan banyak
kekurangan, maka saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna menyempurnakan tugas ini dan tugas berikutnya.
والسلام عليكم ورحمةاللة
وبركا تة
Lombok
Tengah, 10 Februari 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………………………… i
Dafrtar Isi ………………………………………………………………………………… ii
BAB I :
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang ………………………………………………………. 1
B.
Tujuan ……………………………………………………………… 1
C.
Rumusan
Masalah …………………………………………………… 2
BAB II : Pembahasan
A.
Definisi
Komunikasi ………………..……...…………………………. 3
B.
Komunikasi
Dalam Farmasi …………………………….…………….. 4
C.
Konseling …………..…………………………………………………. 4
BAB III : Penutup
A.
Kesimpulan …………………………………………………………… 9
B.
Saran ………………………………………………………………… 9
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………… iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Komunikasi merupakan satu actor yang menentukan kebahagiaan manusia,
komunikasi juga actor paling penting
untuk menjalin hubungan yang rapat dengan seorang manusia lain. Manusia
berkomunikasi karena ada beberapa tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pertama,
individu berkomunikasi dengan manusia lain adalah karena individu tersebut
hendak memahami orang lain. Individu hendaknya mengenali siapa mereka, siapa
diri mereka, apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan dan macam-macam
lagi konteks kalimat berkenaan dengan dirinya. Menurut Smith (1966), komunikasi
manusia adalah satu rangkaian proses yang harus yang digunakan manusia untuk
berinteraksi, mengawali antara satu sama lain dan memperoleh kepahaman.
Komunikasi adalah bentuk interaksi secara lisan atau bukan lisan di antara
suami dan isteri, orang tua dan anak, dan dapat juga interaksi dari semua
anggota keluarga. Ini termasuk pernyataan sikap, nilai, minat, kepercayaan,
perasaan dan pemikiran dalam kehidupan hari-hari.
Dalam ilmu kesehatan contohnya
farmasi juga tidak luput dari komunikasi, yang dimana seorang ahli farmasis
juga hendaknya harus menguasai bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien,
pelanggan maupun teman, baik dalam pelayanan, konsling, product oriented,
patient oriented, kepatuhan pasien, keberhasilan terapi dan segala macam hal
lainnya yang bersangkutan dengan obat-obatan kuhusnya untuk memberikan
informasi yang jelas, akurat, singkat, padat dan jelas dengan tujuan pasien
memahami bagaimana cara mengatasi masalah yang ia hadapi sebelumnya tentang
kesehatan dan obat-obatan.
B.
Tujuan
1.
Menjelaskan mengenai
manfaat konseling sebagai salah satu bentuk komunikasi dalam praktek
kefarmasian.
2.
Mengetahui hubungan
tingkat kepatuhan pasien dalam penggunaan obat dengan pemberian konseling dalam
praktek kefarmasian
C.
Rumusan Masalah
1.
Fakta. 200 studi
penggunaan obat Tidak Tepat
2.
Pasien geriatrik gagal
patuhi instruksi regimen dosis. Fakta !
3.
Ketidak patuhan
4.
perpanjang atau
perparah sakit,
5.
asumsi dokter keliru
terhadap obat sehingga misdiagnosis,
6.
bila fatal maka ke
rawat inap/kecacatan/kematian. Fakta !
APA PENYEBABNYA ?
1.
Komunikasi Farmasis
yang gagal
2.
Kurangnya edukasi
pasien
3.
Praktek layanan farmasi
yang buruk
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Komunikasi
Kata komunikasi berasal dari bahasa
latin coomunicare yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Komunikasi
adalah suatu yang dapat dipahami sebagai hubungan atau saling hubungan, saling
pengertian, sebagai pesan. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan,
harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti
dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan (Edwar Depari,
AW Widjaja,2000). Komunikasi adalah proses yang mana symbol verbal dan non
verbal dikirimkan,diterima dan diberi arti (William J Seiller,1988).
Menurut Louis Forsdale (1981),
seorang ahli komunikasi dan pendidikan mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu
proses memberikan signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu
system dapat di diri kan, dipelihara dan diubah. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi
(pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling
mempengaruhi di antara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan
menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.
Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya.
Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian
pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu
cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud
oleh menyampai pikiran-pikiran atau informasi”. (Komaruddin, 1994;
Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988)
Komunikasi efektif merupakan
Komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang
yang terlibat dalam komunikasi. Kita harus sadar akan pentingnya komunikasi
khususnya komunikasi efektif, agar segala sesuatu yang kita tampilkan dan
lakukan adalah komunikasi, maka penampilan dan segala sesuatu yang kita lakukan
merupakan pesan.
Komunikasi tidak terbatas pada
kata-kata yang terucap belaka, melainkan bentuk dari apa saja interaksi,
senyuman, anggukan kepala yang membenarkan hati, sikap badan, ungkapan minat,
sikap dan perasaan yang sama. Diterimanya pengertian yang sama adalah merupakan
kunci dalam komunikasi. Tanpa penerimaan sesuatu dengan pengertian yang sama,
maka yang terjadi adalah “dialog antara
orang satu”.
B.
Komunikasi dalam Praktek Farmasi
Komunikasi Farmasis adalah menetapkan hubungan antara
farmasis dan pasen dengan memberikan pertukaran informasi yang dibutuhkan untuk
menilai kondisi kesehatan pasen, mencapai keputusan dalam rencana pengobatan,
implementasi rencana pengobatan dan mengevaluasi dampak pengobatan terhadap
kualitas hidup pasen. Komunikasi profesional dengan pasien untuk menjamin
hubungan pengobatan agar farmasis efektif memberikan pelayanan kesehatan.
Pengetahuan farmasis yang unik dan tanggung jawab khusus pada masyarakat harus
mampu menjamin efektifnya komunikasi dengan pasien.
Dalam Proses komunikasi antara farmasis dengan pasien
menjalankan dua fungsi utama yaitu :
1.
menetapkan hubungan
tentang farmasis dan pasien dan
2.
memberikan pertukaran
informasi yang dibutuhkan untuk menilai kondisi kesehatan pasien, mencapai
keputusan dalam rencana pengobatan, implementasi rencana pengobatan dan
mengevaluasi dampak pengobatan terhadap kualitas hidup pasien.
Komunikasi antar
farmasis dan pasien berbeda dari komunikasi dengan teman. Komunikasi
profesional dengan pasien adalah alat untuk menjamin hubungan pengobatan agar
farmasis efektif memberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan harus
diatas segala- galanya. Pengetahuan farmasis yang unik dan tanggung jawab
khusus pada masyarakat harus mampu menjamin efektifnya komunikasi dengan
pasien.
C.
Konseling
Konseling adalah suatu kegiatan bertemu dan
berdiskusinya seseorang yang membutuhkan (klien) dan seseorang yang memberikan
(konselor) dukungan dan dorongan sedemikian rupa sehingga klien memperoleh
keyakinan akan kemampuannya dalam pemecahan masalah (Anonim, 2007).
Konseling obat ialah suatu proses untuk membantu
pasien memperbaiki masalah penggunaan, pemilihan obat dalam rangka tujuan
pengobatan optimal.
1.
Tujuan konseling obat
yaitu :
a.
Mewujudkan hubungan
profesional antara apoteker dan pasien.
b.
Mengenal dan
menyelesaikan masalah penggunaan obat.
c.
Mengumpulkan informasi
tentang cara dan tindakan pengambilan dan penggunaan obat (patient’s drug
taking and drug use).
d.
Membimbing, mengarahkan
dan memberikan pengetahuan kepada pasien tentang penggunaan obat secara
rasional (promote rational drug use).
e.
Meningkatkan kualitas
hidup pasien (patient quality of life).
f.
Menunjukan perhatian
dan asuhan Farmasis kepada Pasien
g.
Membantu pasien
me-manage dan beradaptasi dg obat yang digunakannya
h.
Membantu pasien
me-manage dan beradaptasi dg penyakit yang dideritanya
i.
Mencegah atau
meminimalisasi PROBLEM PASIEN yang berkaitan dengan cara menggunakan obat, efek
samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat, dan lain-lain
j.
Menjamin kepatuhan
pasien dalam menggunakan obat sehingga tujuan/sasaran pengobatan yang optimal
dapat tercapai dengan risiko yang paling minimal.
2.
Manfaat Konseling utk
Pasien
a.
Mengurangi kesalahan
dalam menggunakan obat
b.
Mengurangi
ketidakpatuhan
c.
Mengurangi Reaksi Obat
yang Merugikan (ADE)
d.
Memastikan bahwa obat
digunakan dengan aman dan efektif
e.
Bimbingan merawat diri
sendiri
f.
Bimbingan dalam
peningkatan kualitas hidup
g.
Mengurangi biaya
kesehatan pribadi, pemerintah atau masyarakat
3.
Manfaat Konseling untuk
Farmasis
a.
Peningkatan
perlindungan hukum terhadap Praktek Farmasis, dg memberi info yg komprehensif
b.
Peningkatan martabat
Farmasis di hadapan tenaga profesional lain
c.
Peningkatan mutu
pelayanan profesional farmasis
d.
Pelayanan tambahan
sehingga menarik pelanggan (era kompetisi yang semakin ketat) Biaya Konseling (the future)à
4.
Prinsip Dasar Konseling
terjadinya
kemitraan atau korelasi antara pasien dengan apoteker sehingga terjadi
perubahan perilaku pasien secara sukarela. Pendekatan Apoteker dalam pelayanan
konseling mengalami perubahan model pendekatan dari pendekatan “Medical Model”
menjadi Pendekatan “Helping model”
Konseling kefarmasian merupakan
tugas wajib dari apoteker untuk membantu masyarakat guna menyelesaikan masalah
kesehatan yang umumnya terkait dengan sediaan farmasi agar dapat meningkatkan
kualitas hidup pasien tersebut sehingga pasien dapat menyelesaikan masalahnya
sesuai dengan kemampuan dan kondisi masyarakat itu sendiri. Konseling
kefarmasian bukan hanya sekedar pemberian informasi obat (PIO), namun dapat
menambahkan pengetahuan pasien tentang kondisi dan informasi tentang hal-hal
apa saja yang dapat dilakukan pasien agar tercapainya tujuan terapi yang
maksimal. Para apoteker praktisi harus selalu melatih menggunakan teknik-teknik
konseling yang dibutuhkan pada praktek komunitas untuk mendapatkan konseling
yang efektif.
Tujuan pemberian konseling kepada
pasien adalah untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan pasien
dalam menjalani pengobatannya serta untuk memantau perkembangan terapi yang
dijalani pasien.
Ada tiga pertanyaan utama (Three
Prime Questions) yang dapat digunakan oleh apoteker dalam membuka sesi
konseling untuk pertama kalinya pada pasien dengan resep dokter. Pertanyaan
tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Apa
yang telah dokter katakan tentang obat anda?
2)
Apa
yang dokter jelaskan tentang harapan setelah minum obat ini?
3)
Bagaimana
penjelasan dokter tentang cara minum obat ini?
Pengajuan
ketiga pertanyaan di atas dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi pemberian
informasi yang tumpang tindih (menghemat waktu), mencegah pemberian informasi
yang bertentangan dengan informasi yang telah disampaikan oleh dokter (misalnya
menyebutkan indikasi lain dari obat yang diberikan) sehingga pasien tidak akan
meragukan kompetensi dokter atau apoteker, dan juga untuk menggali informasi
seluas-luasnya (dengan tipe open ended question).
Tiga
pertanyaan utama tersebut dapat dikembangkan dengan pertanyaan-pertanyaan
berikut sesuai dengan situasi dan kondisi pasien:
1)
Apa
yang dikatakan dokter tentang peruntukan/kegunaan pengobatan anda?
a.
Persoalan
apa yang harus dibantu?
b.
Apa
yang harus dilakukan?
c.
Persoalan
apa yang menyebabkan anda ke dokter?
2)
Bagaimana
yang dikatakan dokter tentang cara pakai obat anda?
a.
Berapa
kali menurut dokter anda harus menggunakan obat tersebut?
b.
Berapa
banyak anda harus menggunakannya?
c.
Berapa
lama anda terus menggunakannya?
d.
Apa
yang dikatakan dokter bila anda kelewatan satu dosis?
e.
Bagaimana
anda harus menyimpan obatnya?
f.
Apa
artinya ‘tiga kali sehari’ bagi anda?
3)
Apa
yang dikatakan dokter tentang harapan terhadap pengobatan anda?
a.
Bagaimana
anda tahu bahwa obatnya bekerja?
b.
Pengaruh
buruk apa yang dikatakan dokter kepada anda untuk diwaspadai?
c.
Perhatian
apa yang harus anda berikan selama dalam pengobatan ini?
d.
Apa
yang dikatakan dokter apabila anda merasa makin parah/buruk?
Pada akhir
konseling perlu dilakukan verifikasi akhir untuk lebih memastikan bahwa hal-hal
yang dikonselingkan dipahami oleh pasien.
Ada 3 langkah
pokok konseling yang harus dilaksanakan yaitu :
1)
Pendahuluan,
a.
Menyapa
dan memperkenalkan diri pada pasien
b.
Menanyakan
identitas pasien
c.
Menanyakan
informasi yang telah diperoleh pasien dari dokter
d.
Mengkonfirmasi
kesanggupan pasie untuk menebus resep obat
2)
Proses
Konseling
a.
Menanyakan
ketersediaan pasien dalam menerima konseling
b.
Menentukan
tempat pemberian konseling yang nyaman
c.
Menjelaskan
mengenai obat yang diperoleh pasien, berupa :
ü Nama obat
ü Khasiat obat
ü Cara penggunaan
ü Waktu penggunaan
ü Interaksi obat
ü Cara penyimpanan obat
ü Lama penggunaan obat
ü Efek samping jika ada
d.
Menjelaskan
mengenai informasi yang mendukung kesembuhan pasien
e.
Melakukan
verifikasi informasi yang telah diberikan
f.
Bagian
akhir, penyimpulan dari seluruh aspek.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Komunikasi efektif merupakan Komunikasi yang mampu menghasilkan
perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi.
Kita harus sadar akan pentingnya komunikasi khususnya komunikasi efektif, agar
segala sesuatu yang kita tampilkan dan lakukan adalah komunikasi, maka penampilan
dan segala sesuatu yang kita lakukan merupakan pesan.
Konseling yang merupakan salah satu bentuk komunikasi
dalam praktek kefarmasian memiliki manfaat bagi pasien maupun apoteker seperti
yang dijabarkan pada pembahasan dalam penulisan makalah ini.
Penerapan konseling obat dapat meningkatkan kepatuhan
pasien dalam penggunaan obat karena pasien mendapatkan penjelasan mengenai
manfaat penggunaan obat yang sesuai dengan aturan pakai yang sangat berpengaruh
dalam meningkatkan kualitas hidup pasien
B.
Saran
Saran Perlu adanya kesadaran seluruh tenaga
profesional kesehatan terutama apoteker untuk meningkatkan kepatuhan pasien
dalam penggunaan obat melalui penerapan konseling obat yang merupakan salah
satu bentuk komunikasi dalam praktek kefarmasian dengan orientasi pada pasien
karena merupakan salah satu bentuk kepedulian kita selaku tenaga kesehatan
profesional dalam memberikan pelayanan semaksimal mungkin dalam meningkatkan
kualitas hidup pasien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar