Jumat, 23 Juni 2017

Makalah Tentang Komunikasi Efektif




MAKALAH
TENTANG
KOMUNIKASI EFEKTIF


Di Susun Oleh Kelompok III :
1.      Insanul Akmal
2.      Honi Riska Purnama
3.      Hilwan Ardani
4.      Iska Ramdani
5.      L. Zul Apriadi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
QAMARUL HUDA
BAGU~PRINGGARATA~LOTENG
2016





KATA PENGANTAR


السلا م علئكم ورحمة اللة وبر كا تة
Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Tugas Ilmu Prilaku dan Profesi Farmasi tentang “Komunikasi Efektif” terselesaikan dengan lancar.
Tugas ini disusun sebagai tugas pembelajaran dengan tujuan yang lebih khusus untuk menambah pengetahuan tentang “Komunikasi Efektif” dan lebih mengenal pentingnya bagi kehidupan kita.
Harapan saya semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi saya sendiri dan  pembaca. Saya telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan tugas ini namun masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan, maka saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan tugas ini dan tugas berikutnya.

والسلام عليكم ورحمةاللة وبركا تة

                                                                                                   Lombok Tengah, 10 Februari 2016


                                                                                                                        Penyusun




DAFTAR ISI

Kata Pengantar   ……………………………………………………………………………        i  
Dafrtar Isi   …………………………………………………………………………………       ii  
BAB I             : Pendahuluan                                                                                                         
A.    Latar Belakang     ……………………………………………………….       1  
B.     Tujuan       ………………………………………………………………       1  
C.     Rumusan Masalah     ……………………………………………………       2
BAB II            : Pembahasan                                                                                                          
A.    Definisi Komunikasi   ………………..……...………………………….       3
B.     Komunikasi Dalam Farmasi   …………………………….……………..       4
C.     Konseling   …………..………………………………………………….       4
BAB III          : Penutup
A.    Kesimpulan   ……………………………………………………………       9
B.     Saran     …………………………………………………………………       9
Daftar Pustaka        …………………………………………………………………………      iii
 

BAB I
PENDAHULUAN
A.             Latar Belakang
Komunikasi merupakan satu  actor yang menentukan kebahagiaan manusia, komunikasi juga  actor paling penting untuk menjalin hubungan yang rapat dengan seorang manusia lain. Manusia berkomunikasi karena ada beberapa tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pertama, individu berkomunikasi dengan manusia lain adalah karena individu tersebut hendak memahami orang lain. Individu hendaknya mengenali siapa mereka, siapa diri mereka, apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan dan macam-macam lagi konteks kalimat berkenaan dengan dirinya. Menurut Smith (1966), komunikasi manusia adalah satu rangkaian proses yang harus yang digunakan manusia untuk berinteraksi, mengawali antara satu sama lain dan memperoleh kepahaman. Komunikasi adalah bentuk interaksi secara lisan atau bukan lisan di antara suami dan isteri, orang tua dan anak, dan dapat juga interaksi dari semua anggota keluarga. Ini termasuk pernyataan sikap, nilai, minat, kepercayaan, perasaan dan pemikiran dalam kehidupan hari-hari.
Dalam ilmu kesehatan contohnya farmasi juga tidak luput dari komunikasi, yang dimana seorang ahli farmasis juga hendaknya harus menguasai bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien, pelanggan maupun teman, baik dalam pelayanan, konsling, product oriented, patient oriented, kepatuhan pasien, keberhasilan terapi dan segala macam hal lainnya yang bersangkutan dengan obat-obatan kuhusnya untuk memberikan informasi yang jelas, akurat, singkat, padat dan jelas dengan tujuan pasien memahami bagaimana cara mengatasi masalah yang ia hadapi sebelumnya tentang kesehatan dan obat-obatan.
B.              Tujuan
1.               Menjelaskan mengenai manfaat konseling sebagai salah satu bentuk komunikasi dalam praktek kefarmasian.
2.               Mengetahui hubungan tingkat kepatuhan pasien dalam penggunaan obat dengan pemberian konseling dalam praktek kefarmasian

C.              Rumusan Masalah
1.               Fakta. 200 studi penggunaan obat Tidak Tepat
2.               Pasien geriatrik gagal patuhi instruksi regimen dosis. Fakta !
3.               Ketidak patuhan
4.               perpanjang atau perparah sakit,
5.               asumsi dokter keliru terhadap obat sehingga misdiagnosis,
6.               bila fatal maka ke rawat inap/kecacatan/kematian. Fakta !
APA PENYEBABNYA ?
1.               Komunikasi Farmasis yang gagal
2.               Kurangnya edukasi pasien
3.               Praktek layanan farmasi yang buruk




BAB II
PEMBAHASAN
A.          Definisi Komunikasi
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin coomunicare yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Komunikasi adalah suatu yang dapat dipahami sebagai hubungan atau saling hubungan, saling pengertian, sebagai pesan. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan (Edwar Depari, AW Widjaja,2000). Komunikasi adalah proses yang mana symbol verbal dan non verbal dikirimkan,diterima dan diberi arti (William J Seiller,1988).
Menurut Louis Forsdale (1981), seorang ahli komunikasi dan pendidikan mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu system dapat di diri kan, dipelihara dan diubah. Komunikasi  adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya.
Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh menyampai pikiran-pikiran atau informasi”. (Komaruddin, 1994; Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988)
Komunikasi efektif merupakan Komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Kita harus sadar akan pentingnya komunikasi khususnya komunikasi efektif, agar segala sesuatu yang kita tampilkan dan lakukan adalah komunikasi, maka penampilan dan segala sesuatu yang kita lakukan merupakan pesan.
Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap belaka, melainkan bentuk dari apa saja interaksi, senyuman, anggukan kepala yang membenarkan hati, sikap badan, ungkapan minat, sikap dan perasaan yang sama. Diterimanya pengertian yang sama adalah merupakan kunci dalam komunikasi. Tanpa penerimaan sesuatu dengan pengertian yang sama, maka yang terjadi adalah “dialog  antara orang satu”.


B.           Komunikasi dalam Praktek Farmasi
Komunikasi Farmasis adalah menetapkan hubungan antara farmasis dan pasen dengan memberikan pertukaran informasi yang dibutuhkan untuk menilai kondisi kesehatan pasen, mencapai keputusan dalam rencana pengobatan, implementasi rencana pengobatan dan mengevaluasi dampak pengobatan terhadap kualitas hidup pasen. Komunikasi profesional dengan pasien untuk menjamin hubungan pengobatan agar farmasis efektif memberikan pelayanan kesehatan. Pengetahuan farmasis yang unik dan tanggung jawab khusus pada masyarakat harus mampu menjamin efektifnya komunikasi dengan pasien.
Dalam Proses komunikasi antara farmasis dengan pasien menjalankan dua fungsi utama yaitu :
1.            menetapkan hubungan tentang farmasis dan pasien dan
2.            memberikan pertukaran informasi yang dibutuhkan untuk menilai kondisi kesehatan pasien, mencapai keputusan dalam rencana pengobatan, implementasi rencana pengobatan dan mengevaluasi dampak pengobatan terhadap kualitas hidup pasien.
Komunikasi antar farmasis dan pasien berbeda dari komunikasi dengan teman. Komunikasi profesional dengan pasien adalah alat untuk menjamin hubungan pengobatan agar farmasis efektif memberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan harus diatas segala- galanya. Pengetahuan farmasis yang unik dan tanggung jawab khusus pada masyarakat harus mampu menjamin efektifnya komunikasi dengan pasien.
C.           Konseling
Konseling adalah suatu kegiatan bertemu dan berdiskusinya seseorang yang membutuhkan (klien) dan seseorang yang memberikan (konselor) dukungan dan dorongan sedemikian rupa sehingga klien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam pemecahan masalah (Anonim, 2007).


Konseling obat ialah suatu proses untuk membantu pasien memperbaiki masalah penggunaan, pemilihan obat dalam rangka tujuan pengobatan optimal.
1.            Tujuan konseling obat yaitu :
a.             Mewujudkan hubungan profesional antara apoteker dan pasien.
b.            Mengenal dan menyelesaikan masalah penggunaan obat.
c.             Mengumpulkan informasi tentang cara dan tindakan pengambilan dan penggunaan obat (patient’s drug taking and drug use).
d.            Membimbing, mengarahkan dan memberikan pengetahuan kepada pasien tentang penggunaan obat secara rasional (promote rational drug use).
e.             Meningkatkan kualitas hidup pasien (patient quality of life).
f.             Menunjukan perhatian dan asuhan Farmasis kepada Pasien
g.            Membantu pasien me-manage dan beradaptasi dg obat yang digunakannya
h.            Membantu pasien me-manage dan beradaptasi dg penyakit yang dideritanya
i.              Mencegah atau meminimalisasi PROBLEM PASIEN yang berkaitan dengan cara menggunakan obat, efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat, dan lain-lain
j.              Menjamin kepatuhan pasien dalam menggunakan obat sehingga tujuan/sasaran pengobatan yang optimal dapat tercapai dengan risiko yang paling minimal.
2.            Manfaat Konseling utk Pasien
a.             Mengurangi kesalahan dalam menggunakan obat
b.            Mengurangi ketidakpatuhan
c.             Mengurangi Reaksi Obat yang Merugikan (ADE)
d.            Memastikan bahwa obat digunakan dengan aman dan efektif
e.             Bimbingan merawat diri sendiri
f.             Bimbingan dalam peningkatan kualitas hidup
g.            Mengurangi biaya kesehatan pribadi, pemerintah atau masyarakat
3.            Manfaat Konseling untuk Farmasis
a.             Peningkatan perlindungan hukum terhadap Praktek Farmasis, dg memberi info yg komprehensif
b.            Peningkatan martabat Farmasis di hadapan tenaga profesional lain
c.             Peningkatan mutu pelayanan profesional farmasis
d.            Pelayanan tambahan sehingga menarik pelanggan (era kompetisi yang semakin ketat)  Biaya Konseling (the future)à
4.            Prinsip Dasar Konseling
 terjadinya kemitraan atau korelasi antara pasien dengan apoteker sehingga terjadi perubahan perilaku pasien secara sukarela. Pendekatan Apoteker dalam pelayanan konseling mengalami perubahan model pendekatan dari pendekatan “Medical Model” menjadi Pendekatan “Helping model”
Konseling kefarmasian merupakan tugas wajib dari apoteker untuk membantu masyarakat guna menyelesaikan masalah kesehatan yang umumnya terkait dengan sediaan farmasi agar dapat meningkatkan kualitas hidup pasien tersebut sehingga pasien dapat menyelesaikan masalahnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi masyarakat itu sendiri. Konseling kefarmasian bukan hanya sekedar pemberian informasi obat (PIO), namun dapat menambahkan pengetahuan pasien tentang kondisi dan informasi tentang hal-hal apa saja yang dapat dilakukan pasien agar tercapainya tujuan terapi yang maksimal. Para apoteker praktisi harus selalu melatih menggunakan teknik-teknik konseling yang dibutuhkan pada praktek komunitas untuk mendapatkan konseling yang efektif.
Tujuan pemberian konseling kepada pasien adalah untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan pasien dalam menjalani pengobatannya serta untuk memantau perkembangan terapi yang dijalani pasien.
Ada tiga pertanyaan utama (Three Prime Questions) yang dapat digunakan oleh apoteker dalam membuka sesi konseling untuk pertama kalinya pada pasien dengan resep dokter. Pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
1)            Apa yang telah dokter katakan tentang obat anda?
2)            Apa yang dokter jelaskan tentang harapan setelah minum obat ini?
3)            Bagaimana penjelasan dokter tentang cara minum obat ini?
Pengajuan ketiga pertanyaan di atas dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi pemberian informasi yang tumpang tindih (menghemat waktu), mencegah pemberian informasi yang bertentangan dengan informasi yang telah disampaikan oleh dokter (misalnya menyebutkan indikasi lain dari obat yang diberikan) sehingga pasien tidak akan meragukan kompetensi dokter atau apoteker, dan juga untuk menggali informasi seluas-luasnya (dengan tipe open ended question).
Tiga pertanyaan utama tersebut dapat dikembangkan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut sesuai dengan situasi dan kondisi pasien:
1)            Apa yang dikatakan dokter tentang peruntukan/kegunaan pengobatan anda?
a.             Persoalan apa yang harus dibantu?
b.            Apa yang harus dilakukan?
c.             Persoalan apa yang menyebabkan anda ke dokter?
2)            Bagaimana yang dikatakan dokter tentang cara pakai obat anda?
a.             Berapa kali menurut dokter anda harus menggunakan obat tersebut?
b.            Berapa banyak anda harus menggunakannya?
c.             Berapa lama anda terus menggunakannya?
d.            Apa yang dikatakan dokter bila anda kelewatan satu dosis?
e.             Bagaimana anda harus menyimpan obatnya?
f.             Apa artinya ‘tiga kali sehari’ bagi anda?
3)            Apa yang dikatakan dokter tentang harapan terhadap pengobatan anda?
a.             Bagaimana anda tahu bahwa obatnya bekerja?
b.            Pengaruh buruk apa yang dikatakan dokter kepada anda untuk diwaspadai?
c.             Perhatian apa yang harus anda berikan selama dalam pengobatan ini?
d.            Apa yang dikatakan dokter apabila anda merasa makin parah/buruk?
Pada akhir konseling perlu dilakukan verifikasi akhir untuk lebih memastikan bahwa hal-hal yang dikonselingkan dipahami oleh pasien.
Ada 3 langkah pokok konseling yang harus dilaksanakan yaitu :
1)            Pendahuluan,
a.             Menyapa dan memperkenalkan diri pada pasien
b.            Menanyakan identitas pasien
c.             Menanyakan informasi yang telah diperoleh pasien dari dokter
d.            Mengkonfirmasi kesanggupan pasie untuk menebus resep obat
2)            Proses Konseling
a.             Menanyakan ketersediaan pasien dalam menerima konseling
b.            Menentukan tempat pemberian konseling yang nyaman
c.             Menjelaskan mengenai obat yang diperoleh pasien, berupa :
ü  Nama obat
ü  Khasiat obat
ü  Cara penggunaan
ü  Waktu penggunaan
ü  Interaksi obat
ü  Cara penyimpanan obat
ü  Lama penggunaan obat
ü  Efek samping jika ada
d.            Menjelaskan mengenai informasi yang mendukung kesembuhan pasien
e.             Melakukan verifikasi informasi yang telah diberikan
f.             Bagian akhir, penyimpulan dari seluruh aspek.



BAB III
PENUTUP
A.          Kesimpulan
Komunikasi efektif merupakan Komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Kita harus sadar akan pentingnya komunikasi khususnya komunikasi efektif, agar segala sesuatu yang kita tampilkan dan lakukan adalah komunikasi, maka penampilan dan segala sesuatu yang kita lakukan merupakan pesan.
Konseling yang merupakan salah satu bentuk komunikasi dalam praktek kefarmasian memiliki manfaat bagi pasien maupun apoteker seperti yang dijabarkan pada pembahasan dalam penulisan makalah ini.
Penerapan konseling obat dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat karena pasien mendapatkan penjelasan mengenai manfaat penggunaan obat yang sesuai dengan aturan pakai yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan kualitas hidup pasien
B.           Saran
Saran Perlu adanya kesadaran seluruh tenaga profesional kesehatan terutama apoteker untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat melalui penerapan konseling obat yang merupakan salah satu bentuk komunikasi dalam praktek kefarmasian dengan orientasi pada pasien karena merupakan salah satu bentuk kepedulian kita selaku tenaga kesehatan profesional dalam memberikan pelayanan semaksimal mungkin dalam meningkatkan kualitas hidup pasien.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar